Teori Deduktif
Deduksi merupakan suatu cara penalaran dengan menggunakan kriteria atau suatu keyakinan tertentu untuk mendapatkan suatu kesimpulan kasus khusus atau spesifik. Sebuah pernyataan yang dianggap mewakili sebuah kebenaran atau setidaknya sesuatu yang dianggap benar yang memiliki implikasi implikasi tertentu yang dapat diturunkan menjadi sebuah atau beberapa buah pernyataan yang lebih spesifik dan khusus, merupakan salah satu dari ciri penalaran deduktif (deduksi). Dengan demikian deduksi diawali oleh sebuah asumsi (entah itu dogma, atau apapun) yang kemudian dilanjutkan dengan kesimpulan yang lebih khusus yang diturunkan dari asumsi awal tersebut. Kesimpulan yang diambil harus merupakan turunan atau derivasi dari asumsi atau pernyataan awal.
Pernyataan umum: Ahmad menciptakan segala sesuatu di dunia (saya tidak peduli ini benar apa tidak, anggap saja sebuah dogma yang turun dari langit atau sebuah asumsi fisika)
Pernyataan khusus: Bumi merupakan sesuatu di dalam dunia
Deduksi yang ditarik: Ahmad menciptakan bumi atau bumi diciptakan oleh ahmad
Dengan demikian antara pernyataan umum dan khusus harus ada korelasi yang nyata diantara keduanya. Jika tidak ada korelasi yang nyata atau langsung pada kedua pernyataan antara yang umum dan yang khusus maka tidak bisa dilakukan penarikan kesimpulan deduktif.
Pernyataan umum: Ahmad menciptakan segala sesuatu di dunia
Pernyataan khusus: Ibu pergi ke pasar
Deduksi yang diambil: …………. Kosong ………….
Karena tidak ada kaitan atau hubungan dintara dua pernyataan tersebut maka tidak mungkin dapat ditarik kesimpulan secara deduktif.
Penalaran deduktif (atau deduksi) banyak digunakan diperbagai bidang. Bahkan saya bisa mengatakan segala macam keilmuan yang ada di ranah pemikiran kita melakukan upaya upaya deduktif. Sains atau ilmu alam sangat mengandalkan pemikiran seperti ini. Einstein mengajukan teori gravitasi dan relativitas yang kemudian ternyata menurunkan (melalui penalaran deduksi) sebuah pemahaman baru semisal adanya black hole maupun adanya denyut “ruang dan waktu”. Demikian pula prediksi-prediksi saintifik mendasarkan pada cara berfikir deduktif seperti ini. Karena deduksi diawali oleh sebuah pernyataan umum maka kebenaran dari hasil kesimpulannya tergantung mutlak pada benar tidaknya pernyataan umum tersebut. Sains misalnya memperoleh pernyataan umum dari hasil induksi (atau generalisasi) atas penyelidikan atau penelitian atau percobaan yang diulang-ulang beribu-ribu atau berjuta juta kali. Semisal ungkapan “energi tak dapat dimusnahkan dan tak dapat diciptakan” merupakan sebuah kalimat atau pernyataan umum dari hasil penyelidikan berulang-ulang dimasa lalu. Darinya kemudian muncul kesimpulan-kesimpulan baru, semisal konsep exergi atau entalphi.
Demikian pula di tingkat pemikiran sosial, agama, psikologi, ekonomi atau yang lainnya. Dengan mengajukan sebuah pernyataan umum yang oleh para empunya bidang tersebut dianggap sebagai sebuah kebenaran maka dapat diturunkan atau dideduksikan sebuah pernyataan baru yang lebih spesifik atau khusus. Semisal dalam bidang agama. Semua yang berdosa akan dihukum dan masuk neraka. Andi berdosa. Andi dihukum dan masuk neraka. Demikian jalan pemikiran deduktifnya. Tentunya kebalikan dari berfikir deduktif adalah berfikir secara induktif.
Posting Komentar