7 hari dalam 1 minggu terasa singkat untuk dilalui :( hari yang begitu melelahkan bagiku.... Dan aku terlalu takut untuk melalui hari-hariku yang berjalan terasa cepat ini.... Aku heran kenapa setiap hari rabu langit selalu memberikan senyumannya yang begitu gelap di mataku.... Apa aku terlalu kotor untuk di terangi ?
Tapi aku tetap melangkah menyusuri jalan-jalan kecil di depan kosanku untuk pergi beraktivitas seperti biasanya... Dengan penuh rasa tegang yang sangat-sangat extrim (Goyang Amat) hahaha aku siap menjalani praktikum ELDAS... Oh TP berikan aku nilai yang cukup agar aku bisa lolos praktikum tahun ini...
Semangat juang ku mulai muncul ketika ada seseorang yang dapat mengisi hati ini yang kosong...dengan penuh rasa cemburu, khawatir, ketakutan, perhatian yang penuh kepadaku... Aku senang dia seperti itu... Berarti dia sayang ma aku? ya ga?
Oh..ELDAS kau telah membuatku pusing tujuh turunan hahahah (Lebay).... Tapi aku senang pertemuan ke tiga ini bisa LOLOS TP :P... Emm jangan senang dulu! masih ada dua pertemuan lagi nih.. :D tetap semangat.
Teman, terimakasih atas dorongan semangatnya yang telah kalian berikan kepadaku :)... Semoga kalian semua lolos sampai pertemuan ke lima nanti :P....
Multivibrator adalah suatu rangkaian elektronika yang pada waktu tertentu hanya mempunyai satu dari dua tingkat tegangan keluaran, kecuali selama masa transisi.Peralihan (switching) di antara kedua tingkattegangan keluaran tersebut terjadi secara cepat. Dua keadaan tingkat tegangan keluaran multivibrator tersebut, yaitu stabil (stable) dan Quasistable.
Disebut stabil apabila rangkaian multivibrator tidak akan mengubah tingkat tegangan keluarannya ke tingkat lain jika tidak adapemicu (trigger) dari luar rangkaian.
Disebut quasistable apabila rangkaian multivibrator membentuk suatu pulsa tegangan keluaran sebelum terjadi peralihan tingkat tegangan keluaran ke tingkat lainnya tanpa satupun pemicu dari luar. Pulsa tegangan itu terjadi selama 1 periode (T1), yang lamanya ditentukan oleh komponen-komponen penyusun rangkaian multivibrator tersebut.
Ketika rangkaian multivibrator mengalamiperalihan di antara dua tingkat keadaan tegangan keluarannya maka keadaan tersebut disebut sebagai keadaan unstable atau kondisi transisi.
Selain definisi-definisi tentang tingkat keadaan atau kondisi tegangan keluaran rangkaian multivibrator, juga terdapat definisi-definisi tentang rangkaian multivibrator itu sendiri, yaitu:
a. Multivibrator bistable (flip-flop):
Disebut sebagai multivibrator bistable apabila kedua tingkattegangan keluaran yang dihasilkan oleh rangkaian multivibrator tersebut adalah stabil dan rangkaian multivibrator hanya akan mengubah kondisi tingkat tegangan keluarannya pada saat dipicu. Tegangan keluarannya ditunjukkan dalamGambar 1a.
b. Multivibrator monostable (one-shot)
Disebut sebagai multivibrator monostable apabila satu tingkattegangan keluaran-nya (V1 dalam Gambar 1b) adalah stabil sedangkan tingkat tegangan keluaran yang lain (V2 dalam Gambar 1b) adalah quasistable. Rangkaian tersebut akan beristirahat pada saat tingkat tegangan keluarannya dalam keadaan stabil sampai dipicu menjadi keadaan quasistable. Keadaan quasistable dibentuk oleh rangkaian multivibrator untuk suatu periode T1 yang telah ditentukan sebelum berubah kembali ke keadaan stabil. Sebagai catatan bahwa selama periode T1 adalah tetap, waktu antara pulsa-pulsa tersebut tergantung pada pemicu. Tegangan keluaran multivibrator ini ditunjukkan dalam Gambar 1b.
c. Multivibrator astable
Disebut sebagai multivibrator astable apabila kedua tingkat tegangan keluaran yang dihasilkan oleh rangkaian multivibrator tersebut adalah quasistable. Rangkaian tersebut hanya mengubah keadaan tingkat tegangan keluarannya di antara 2 keadaan, masing-masing keadaan memiliki periode yang tetap. Rangkaian multivibrator tersebut akan bekerja secara bebas dan tidak lagi memerlukan pemicu. Tegangan keluaran multivibrator ini ditunjukkan dalam Gambar 1c. Periode waktu masing-masing level tegangan keluarannya ditentukan oleh komponen-komponen penyusun rangkaian tersebut. Banyak metode digunakan untuk membentuk rangkaian multivibrator astabil, di antaranya adalah dengan menggunakan Operational Amplifier, menggunakan IC 555, atau transistor NPN.
d. Schimit trigger
Schmit trigger adalah suatu rangkaian yang dapat merubah sinyal masukan berupa gelombang segitiga menjadi gelombang segiempat (square), ataupun sebagai pengoreksi pulsa cacat pada gelombang segiempat menjadi pulsa yang sempurna dengan lebar bergantung pada kapasitansi dan tahanan dari schimitt trigger
tersebut.
Gambar 1. Bentuk Gelombang Keluaran Multivibrator
Perancangan Rangkaian
Rangkaian multivibrator astabil yang dibuat dengan teknologi film tebal ini memanfaatkan kombinasi dua buah transistor NPN, dua buah kapasitor, dan empat buah resistor. Pada rangkaian multivibrator astabil ini. Dua buah transistor yang digunakan akan dioperasikan sebagai suatu saklar (switch). Nilai-nilai 4 buah resistor yang digunakan, yaitu 2 buah digunakan sebagai resistansi kolektor dan 2 buah digunakan sebagai resistansi basis haruslah memiliki nilai resistansi yang tepat untuk memastikan transistor akan on pada saat transistor berada dalam keadaan saturasi (on) dan akan off pada saat berada dalam keadaan cutoff (tersumbat). Resistor-resistor tersebut akan menentukan besarnya arus basis transistor, nilai arus basis ini yang akan menentukan apakah transistor akan berada dalam keadaan saturasi atau berada dalam keadaan tersumbat. Untuk menentukan periode masing-masing level tegangan keluaran, digunakan resistor dan kapasitor dengan nilai tertentu.
Rangkaian multivibrator astabil tersebut disusun dengan menggunakan sepasang transistor NPN yang disusun secara menyilang sebagai common emitter amplifier. Apabila satu dari dua transistor tersebut memulai untuk menghantar, maka sinyal umpan balik kepada basis transistor akan meningkat dan transistor tersebut akan secepat mungkin berubah menjadi on. Dengan proses yang sama, transistor kedua akan secepat mungkin berubah menjadi off. Susunan rangkaian multivibrator astabil tersebut ditunjukkan dalam Gambar 2.
Dalam Gambar 2, keluaran transistor pertama (Q1) yaitu vA, melalui kapasitor C1 dihubungkan ke masukan transistor kedua (Q2). Untuk menganalisis rangkaian tersebut, pada awalnya kedua transitor dianggap dalam keadaan saklar on, kedua transistor tersebut berubah ke keadaan aktifnya. Kemudian, jika vA meningkat, vC akan mengi-kutinya. Setelah itu vD akan turun yang akan menyebabkan vB juga ikut turun, keadaan tersebut akan memperkuat peningkatan di vA. Jika komponen-komponen yang digunakan untuk menyusun rangkaian multivibrator tersebut dipilih secara benar, maka dalam satu waktu satu transistor (Q1) akan bekerja sampai keadaan saturasi (on) dan transistor lainnya (Q2) akan berada dalam keadaan off. Kondisi tersebut biasa disebut sebagai suatu kondisi regenerative switch.
Apabila digunakan suatu pendekatan nilai tegangan, maka untuk transistor yang berada dalam keadaan on:
vA = VCE (on) = 0 V (1)
vB = VBE (on) = 0 V (2)
Sedangkan untuk transistor yang berada dalam keadaan off:
vC < 0 V (3)
vD = VCC (4)
Nilai tegangan-tegangan tersebut seperti yang ditunjukkan dalam diagram bentuk gelombang dalam Gambar 3, pada t = 0. Sebagai catatan bahwa dengan ujung atas R2 dihubungkan dengan VCC dan ujung bawah dihubungkan dengan vC (negatif), maka arus akan mengalir melewatinya. Karena Q2off, maka arus tersebut harus mengalir melalui C1 dan Q1 ke bumi, sehingga transistor Q1 akan on.
Bagian yang penting rangkaian multivibrator pada waktu tersebut ditunjukkan dalam Gambar 4. Nilai vA adalah telah tetap pada sekitar 0 V karena Q1 telah berada dalam keadaan saturasi, sehingga vC akan meningkat secara eksponensial dari nilai negatif ke nilai VCC dengan t = C1R2 (dengan menganggap bahwa resistansi kolektor-emitor transistor Q1 tidak diperhatikan pada saat mengalami keadaan saturasi).
Ketika vC mencapai nilai 0 V, transistor Q2 menjadi on, sehingga vD akan turun dan transisi kebalikannya akan terjadi yang menyebabkan Q1 menjadi off dan Q2 menjadi on. Apabila 4 bentuk gelombang dalam Gambar 3 dilihat secara rinci lagi, maka akan menunjukkan bahwa setelah Q2 berubah menjadi on, tegangan kolektornya (vD) akan turun dari VCC ke 0 V. Penurunan ini dikonduksikan ke vB melalui C2, sehingga vB juga akan turun melalui VCC, tetapi penurunan tersebut dimulai dari 0V menuju -VCC.
Gambar 3. Bentuk Gelombang Keluaran Multivibrator Astabil
Walaupun vA meningkat dari 0 V ke +VCC, vC tidak dapat mengikutinya karena vC telah mencapai nilai 0 V dan membawa Q2 menjadi on. vC terpotong setelah basis-emitter junction dari Q2 terhubung (on). Ketika nilai tegangan bagian kanan C2 (Gambar 2) turun, bagian kiri C2 tersebut dapat mengikutinya karena Q1 adalah off (rangkaian terbuka). Akan tetapi ketika nilai tegangan bagian kiri C1 meningkat dengan vA, bagian kanan C1 tersebut tidak dapat mengikutinya karena vC telah terpotong oleh arus basis pada Q2. Hal tersebut akan menyebabkan C1 harus mengisi muatan melalui R1 oleh VCC agar vA meningkat dengan (= C1R1 pada bentuk gelombang vA. Pada saat Q1off, maka Q2on, dan vB berada pada nilai -VCC. Arusnya sekarang mengalir melalui R3 dan C2 dan melalui Q2, sehingga vB akan meningkat secara eksponensial dari -VCC menuju +VCC dengan (= C2R3. Ketika vB mencapai nilai 0 V, Q1 akan kembali menhantar sehingga Q1 akan on dan Q2off.
Jika dilihat bentuk gelombang vB dalam Gambar 3, periode T1 adalah waktu vB untuk mencapai setengah peningkatan dari -VCC ke +VCC, yaitu waktu yang digunakan untuk mencapai nilai 0 V.
Untuk melihat ketidaksimetrian keluaran rangkaian multivibrator astabil, ditentukan suatu siklus kerja (duty cycle) berdasarkan Persamaan (5).
D = W / T x 100% … (5)
Besarnya W dan T ditunjukkan dalam Gambar 5 yang merupakan bentuk gelombang keluaran multivibrator astabil. W merupakan waktu osilasi keluaran pada saat mencapai tegangan VCC, sedangkan T merupakan periode osilasi keluaran.
Gambar 5. Bentuk Gelombang Keluaran Multivibrator Astabil